Thursday, March 28, 2013

Gunung Raung Meraung



Gunung Raung terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso di Jawa Timur dengan titik astronomis etrletak pada 08° LU-07° LS dan 114° BB-021°BT dan mempunyai tinggi 3,332 meter.

Gunung Raung memiliki ciri yang unik dengan kaldera sekitar 500 meter dalamnya, selalu berasap dan sering menyemburkan api. 
    
Tapi meski Gunung Raung mempunyai kaldera terbesar  berdasarkan rekam sejarah letusan gunung ini, kedahsyatannya masih kalah dengan gunung lainnya seperti Merapi di Jawa Tengah, Kelud di Kediri.

Letusan terdahsyat terjadi pada 1638 dimana  mengakibatkan banjir lahar pada kali Klatak dan Setail serta mengakibatkan korban jiwa 1000 lebih. 

Gunung Raung merupakan gunung jenis Stratovolcano dengan letusan tipe Stromboli.

Stratovolcano adalah jenis gunung berapi yang memiliki puncak kerucut, terdiri dari lava dan abu vulkanik yang mengeras. 

Stromboli adalah jenis letusan dimana letusan-letusannya terjadi dengan tenggang waktu yang hampir sama tidak langsung seketika. Setiap tenggang waktu tersebut, gunung dengan letusan stromboli memuntahkan material, bom, lapili, dan abu.





sumber :
wikipedia.com
plantagama.4t.com
blogaktiv.blogspot.com

Saturday, March 23, 2013

Asal Usul Kota Jember

VERSI SATU
Pada jaman dulu. Saat pulau Jawa masih lebih banyak hutan belantara dibanding populasi yang ada. Manusia seringkali melakukan perpindahan untuk mencari tempat yang lebih baik. Ini bercerita tentang dua kelompok migrasi.

Kelompok pertama berasal dari suku Jawa. Jawa timur pedalaman. Seperti Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Bojonegoro, Ponorogo dan sekitarnya. Kelompok migrasi kedua adalah Dari suku Madura. Kedua kelompok tersebut mencari tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Keduanya bertemu pada satu titik.

Kelompok pertama dari suku Jawa berkata,”Nang kene ae, lemahe sik jembar”. Artinya, disini saja tanahnya masih luas. Kelompok kedua dari suku Madura juga berujar, “Iyeh, neng dinnak beih, tananah gik jembher”. Artinya, Iya disini saja, tanahnya masih luas. Begitulah awal terjadinya akulturasi. Percampuran kebudayaan.

Seiring dengan berjalannya waktu, kata kata jembar dan jembher berevolusi menjadi seperti yang kita tahu sekarang, JEMBER.

VERSI DUA
Dahulu kala, di tepi pantai selatan Pulau Jawa terdapat kerajaan makmur dan tentram. Rajanya arif dan bijaksana. Segala hasil bumi negerinya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Karena itulah, rakyatnya hidup makmur.Kemakmuran kerajaan itu mengundang decak kagum dari kerajaan-kerajaan lain. Namun, juga mengundang niat jahat sekelompok bajak laut. 

Mereka ingin menaklukan dan menguasai kerajaan itu. Ketika para pengawal kerajaan sedang lengah, kelompok bajak laut menyerang. Menghadapi serbuan mendadak itu, pasukan kerajaan kalang kabut. Raja ikut berjuang langsung untuk mempertahankan kerajaannya. Namun ia lalu gugur dalam serangan itu. Begitu pula dengan putra-putra dan para menterinya.

Para pasukan hanya berhasil menyelamatkan putri Raja yang bernama Putri Jembarsari. Ia lah satu-satunya pewaris kerajaan yang masih selamat. Para pasukan lalu membawa sang putri ke daerah yang aman, jauh dari kerajaan.Kawanan bajak laut bergembira atas kemenangan itu. Kini, kerajaan itu pun dipimpin oleh kepala bajak laut.

Sementara itu, pengawal kerajaan yang membawa lari Putri Jembarsari tiba di tempat tersembunyi. Selama dalam persembunyian, Putri Jembarsari diajarkan berbagai ilmu beladiri. Putri Jembarsari pun dapat dengan mudah menerima berbagai ilmu itu. Kini, Putri Jembarsari tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menguasai berbagai ilmu beladiri. 




Iapun lalu diangkat menjadi pemimpin.Di daerah itu Putri Jembarsari dan pasukannya membuka hutan belantara menjadi sebuah perkampungan yang aman. Lama-kelamaan, banyak orang dari luar daerah berdatangan, lalu bermukim disana. Akhirnya, daerah itu menjadi sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh Putri Jembarsari.

Sementara kerajaan Putri Jembersari semakin besar, tidak demikian halnya dengan kerajaan para bajak laut yang makin terpuruk. Rakyat daerah itu tidak puas dengan pemimpinnya hingga sering terjadi pemberontakan. Dalam pemberontakan yang terakhir, raja bajak laut tewas.Rakyat di kerajaan bajak laut lalu mencari Putri Jembarsari

Mereka meminta Putri Jembarsari mengambil alih kembali kerajaan bajak laut dan meneruskan tahta ayahandanya.

Namun, Putri Jembarsari bingung. Ia berpikir,Aku kan sudah memiliki kerajaan sendiri. Kalau aku menjadi Ratu di kerajaan bajak laut, siapa yang akan memimpin kerajaan ini? “Namun, penasihatnya memberi usul. Kata penasihat kerajaan, lebih baik kedua kerajaan itu digabung saja. Pasti rakyat kedua kerajaan tidak akan keberatan. 

Putri Jembarsari lalu memutuskan‚Baiklah. Itu usul yang baik. Aku setuju untuk menggabungkan dua kerajaan ini.Usul itu pun dilaksanakan. Kini, kerajaan yang dipimpin Putri Jembarsari makin luas. Ternyata, masih saja ada yang iri hati dengan kesuksesan Putri Jembarsari. Ketika mengadakan kunjungan keluar kota, Putri Jembarsari dan pasukannya diserang oleh orang yang iri hati.

Karena tidak siap menghadapi serangan mendadak, Putri Jembarsari gugur. Seluruh rakyat berduka. Untuk mengenang jasanya, nama Putri Jembarsari diabadikan menjadi nama kerajaan itu, yaitu Kerajaan Jembarsari. Lama-kelamaan, nama itu berubah menjadi Jember dan tetap abadi sampai sekarang. Jember terletak di Jawa Timur.

VERSI TIGA
Alkisah ada putri raja Brawijaya bernama Endang Ratnawati. Putri ini cantik jelita hingga membuat para pria ingin berlomba melamarnya. Tapi rupanya sang putri selalu menolak lamaran karena masih belum mau berumah tangga. 

Sang putri lalu berniat menyepi. Sang putri keluar masuk hutan hingga berada di suatu daerah terpencil. Saat putri mandi di sungai Jompo datanglah seorang satria yang menggodanya. 

Hingga akhirnya satria menodai sang putri. Sang putri pun sedih. Dan karena larut dengan kesedihannya sang putri akhirnya mengeluh. 'Jember, jember badanku sudah kotor ternoda'. Lalu ia pun bunuh diri di sungai itu. Mayatnya kemudian ditemukan oleh orang dan dicari lah keluarganya. 

Karena tidak ketemu maka dikuburkanlah sang putri di tepi sungai Bedadung. Raja Brawijaya pun mencari-cari putri nya yang tak kunjung pulang. Hingga akhirnya terdengar kabar kalau sang putri sudah dikuburkan di suatu tempat yang akhirnya di kasih nama Jember (gumaman dari sang putri saat mengeluh).

VERSI EMPAT
Dulu Jember adalah sebuah hutan yang lebat dengan pohon yang sangat besar. sebegitu besarnya pohon tersebut, orang dewasa tidak bisa merangkul dan mempertemukan jemari tangan kiri dan kanannya. Butuh lebih dari satu orang untuk merangkul sebatang pohon. 

Selain hutan dan segala isi di dalamnya, yang ada hanya sungai, gundukan tanah, dan lautan rawa. Jika-pun ada tanah yang terhampar, bisa dipastikan tanah tersebut adalah tanah yang becek. Orang-orang menyebut wilayah ini dengan Jembrek. Bisa diartikan becek dan berlumpur. Kondisi tersebut semakin menjadi-jadi manakala turun hujan. 

Jika turunnya hujan sangat deras, wilayah yang terbentang di kaki Pegunungan Hyang dan tak jauh dari Gunung Raung ini juga rawan banjir. Sungai-sungai akan meluapkan air. Kata Bapak, ini namanya banjir maling.

Seiring berlalunya waktu, pengucapan kata Jembrek berubah menjadi Jember

Sebuah situs blog yang memuat tulisan (hasil wawancara dari seorang jurnalis Suara Soerabaia bernama Tiong Gwan. Dia berhasil membuat tangkapan sesaat mengenai situasi kota Jember tahun 1920. Berikut adalah cuplikannya. "Bila ada toeroen oedjan ketjil sadja, soedah tjoekoep membikin straat Djember berobah mendjadi laoetan loempoer."


VERSI LIMA
Sekali peristiwa, datang seorang tamu bernama Ki Ageng Kedu yang hendak menghadap Sunan Kudus. tamu tersebut mengendarai sebuah tampah. sesampainya di Kudus Ki Ageng Kedu tidak lah langsung menghadap Sunan Kudus, melainkan memamerkan kesaktianya dengan mengendarai tampah serta berputar - putar diangkasa. 

Seketika dilihatnya oleh Sunan Kudus, maka beliau murka sambil mengatakan, bahwa tamu Ki Ageng Kedu ini menyombongkan kesaktianya. Sesudah di sabda oleh beliau, berkat kesaktian Sunan Kudus, tampah yang ditumpangi Ki Ageng Kedu itupun meluncur ke bawah hingga jatuh ke tanah yang becek (bhs. Jawa : ngecember), sehingga tempat tersebut kemudian dinamakan Jember.


VERSI KEENAM

Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsblad Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 dan sebagai dasar hukum mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Provinsi Jawa Timur, antara lain dengan menunjuk Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, 21 Agustus 1928.



Sumber :
http://letkolmochsroedji.org/story/seputar-jember.html
http://dedyspama.blogspot.com/2011_12_01_archive.html
http://cah-java.blogspot.com/2011/07/legenda-kota-jember.html
http://www.rzhakim.net/2012/07/asal-usul-jember.html
http://sufiroad.blogspot.com/2010/12/sufi-road-sunan-kudus.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jember

Dynand Fariz


Kesuksesan Jember Fashion Carnaval (JFC), tak lepas dari sosok Dynand Fariz. Fariz ternyata pelopor sekaligus Presiden JFC Center. Event yang diciptakan alumnus IKIP Negeri (sekarang Universitas Negeri Surabaya / Unesa) ini, telah mengubah Kabupaten Jember menjadi kota mode layaknya Paris dan Itali.

Dengan tekad dan kemauan yang kuat, Fariz mewujudkan mimpi-mimpi masa kecilnya. Sebab, pria kelahiran Desa Garahan, Kecamatan Silo, Jember ini, merasa minder dengan tempat lahirnya itu.

Kekecewaan fariz ternyata menjadi cambuk tersendiri buatnya. Dia kemudian berusaha menciptakan ide untuk merubah Jember menjadi kota mode yang sangat luar biasa.


Even JFC biasanya melibatkan ratusan model yang berjalan sepanjang 3,5 kilometer di jalan utama Kota Jember. Acara yang saban tahun digelar ini ternyata mampu menarik perhatian dunia. Jember kemudian dianggap sebagai kota artistik yang sangat luar bisa. Apalagi ratusan model yang ditampilkan, bukanlah model-model profesional yang terbiasa berlenggak-lenggok di atas catwalk.

Penampilan mereka seolah menabrak tatanan dunia fashion yang selama ini berkiblat pada keglamoran. 

Sedikit demi sedikit mereka merubah Jember menjadi kota mode dan memang hal itu bukan sekadar mimpi. Kegiatan ini menjadi perbincangan di kalangan fashion internasional.

Sejak digelar pada 1 Januari 2001 silam, kini masyarakat Jember tersadar kalau kota kelahirannya semakin dikenal dunia. Wasib menambahkan, sebelum mengubah Jember menjadi kota mode bak Paris dan Itali, Fariz pernah mencoba peruntungan mengikuti program beasiswa yang disponsori sekolah mode ESMOD di Jakarta, tahun 2000 silam.

Sepulang dari Paris, Fariz mendirikan rumah mode yang berkiblat pada tren fashion dunia. Rumah mode yang diberi nama 'House of Dynand Fariz' itu terletak di Jember.

Ide lain Fariz yang dinilai tak masuk akan adalah karnaval fashion di mana pesertanya anak-anak muda dari desa terpencil yang tak berpengalaman di dunia fashion. Namun, ide liarnya itu, menjadi perhatian media, baik lokal, nasional, maupun internasional.

Alhasil, kondisi sosiologis masyarakat Jember yang religius dan adem-ayem, tiba-tiba dikejutkan parade fashion layaknya kota-kota metropolitan. Apalagi yang diangkat tren-tren dunia.

Berbagai strategi dirancang oleh Fariz agar karnaval ini terus berjalan misalnya dengan mengajak partisipasi anak remaja. Sebab, menurut Fariz, seperti yang diceritakan Wasib dan Slamet, kaum remaja adalah makhluk pemimpi dan tugas orang dewasalah mewujudkan mimpi-mimpi itu.

Sekadar diketahui, Karnaval Busana Jember atau sering disebut JFC ini, adalah sebuah even karnaval busana yang setiap tahun digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Sebanyak 400-an peserta berkarnaval, berfashion run way and dance, di jalan utama Kabupaten Jember. Event itu, disaksikan oleh ratusan ribu penonton di kanan dan kiri jalan.

Mereka terbagi dalam delapan defile yang masing-masing defile mencerminkan tren busana kontemporer. Defile pertama adalah defile Archipelago yang mengangkat tema busana nasional dari daerah tertentu secara berkala seperti Jawa, Bali, Sumatera, dan seterusnya.

Defile lainnya mengangkat tema fashion yang sedang trend apakah dari suatu negara, kelompok tertentu, film, kejadian atau peristiwa global lainnya. Semua busana dibuat dalam bentuk kostum yang kesemuanya dikompetisikan untuk meraih penghargaan-penghargaan. Dan kini, JFC telah berusia 12 tahun sejak kali pertama digelar tahun 2001.

JFC sudah ada sejak tahun 2002 tapi belum semeriah sekarang. Pesertanya cuma 30 orang. Yang jelas, ini bentuk kecintaan pada tanah kelahiran saya. Dalam hati kecil, saya ingin Jember punya sesuatu yang tidak kalah dengan kota lain. Saya mulai menggali ide agar Jember dikenal mancanegara. Memang terlalu muluk, tapi saya yakin bisa melakukannya.

Saya percaya, kota-kota besar dan ternama seperti Paris dan Milan, dulunya juga kota kecil yang tidak dikenal masyarakat. Ketika ada salah seorang warganya punya ide cemerlang menciptakan suatu yang lain, kota itu jadi dikenal sampai saat ini. Nah, cita-cita saya, Jember juga bisa seperti itu. 

Lalu, karena saya berlatar belakang fashion, muncul ide membuat fashion carnaval. Saya yakin, fashion bisa dijadikan wahana karena fashion milik semua orang, bukan hak golongan tertentu saja. Selama ini, kalau berbicara fashion, yang terbayang pasti cantik, modelnya tinggi semampai, kaya, dan diselenggarakan di hotel mewah. Pandangan ini membuat masyarakat bawah seolah tak berhak memiliki. Padahal, fashion milik semu orang. Orang cantik, jelek, hitam, pendek, miskin, berhak terlibat di dalamnya. Yang bikin fashion menjadi elit, kan, status sosial seseorang. Padahal kita harus ingat, fashion adalah untuk kehidupan. Tapi bagi kalangan tertentu, fashion dijadikan sebagai gaya hidup. Sejak manusia lahir sampai mati, fashion sudah melekat pada diri setiap orang.

Bayi lahir, untuk masyarakat Jawa, kan, dibedong dengan kain. Biasanya, warna kain dicari yang semanis mungkin. Ini fashion. Lalu, biasanya ibu bayi kalau membelikan baju, dipadupadankan dengan pakaian lainnya. Ini juga sudah fashion. Belum lagi kalau sudah remaja, pakaiannya selalu diserasikan dengan aksesoris tubuh lain. Ini menunjukkan, fashion melekat sejak orang lahir sampai akhir hayatnya.

Awalnya saya sampaikan ide pada anak buah saya di Dynand Fariz Centre (DFC) yang jumlahnya sekitar 20-an orang. Mereka memang sudah bergerak di bidang fashion di Jember. Ternyata mereka mendukung. Mereka pun saya gembleng, saya ajari teknik yang benar, bagaimana mereka berpenampilan di catwalk layaknya peragawan dan peragwati. Selain itu, masing-masing juga saya ajari berdandan dengan benar.

Soal busana juga demikian. Saya beri ide berupa gambar-gambar orang beserta busananya yang saya ambil dari majalah. Dari gambar itu, anak buah saya membuat busana sendiri dengan tambahan kreasi masing-masing. Nah, setelah selesai, Minggu pagi mereka karnaval keliling kampung di sekitar lokasi DFC. Layaknya seorang model bergaya, 20 orang itu keluar-masuk kampung sambil bergaya. Kalau kami dilihat warga, sudah senang minta ampun. Pokoknya, kalau ingat saat itu, gembira, lucu, juga mengharukan. 

Ternyata tanggapan masyarakat positif. Saya jadi tergerak menjaring peserta lebih banyak. Caranya, masuk ke sekolah-sekolah untuk presentasi konsep. Soal diterima atau tidak, bagi saya tidak penting. Yang penting, mereka mau dengar gagasan saya. Ada yang menerima, ada yang mencibir. Bagi saya, tak masalah, yang penting mereka sudah mendengarkan.

Setelah karnaval berkala di sekitar kampung, lokasi diperluas. Kali ini di alun-alun. Peserta sudah naik dua kali lipat. Saya sengaja pilih Minggu pagi karena saat itu di alun-alun banyak orang berkumpul dan olahraga. Ternyata masyarakat tambah antusias. Kami pun ikut karnaval 17-an. 

Tahun 2002, untuk pertama kali, JFC ikut karnaval tahun baru sekaligus memperingati HUT Jember. Ternyata saat acara hujan lebat. Saya kagum, anak-anak bersikukuh jalan meski hujan. Kami tidak peduli kendati make up maupun kostum jadi rusak. Anak-anak tetap dengan riang bergaya di sepanjang jalan. Di sanalah masyarakat semakin kagum akan kesungguhan kami.

Sejak itu, semakin banyak anak muda tertarik dan bergabung. Termasuk anak SD sampai SMA yang berasal dari pinggiran dengan keadaan ekonomi pas-pasan. Betapa pun, dunia fashion masih asing bagi mereka. Dengan telaten, saya bimbing dan motivasi. Saya tekankan, peragawati tak harus cantik atau putih. Mereka makin semangat. Pesertanya membludak hingga 450 orang.


Sumber :
merdeka.com
jemberfashioncarnaval.com
tabloidnova.com

Wildan 'Jember Hacker' Peretas Situs SBY


Identitas Jember Hacker yang meretas situs presidensby.info terungkap. Pelaku bernama Wildan Yani Ashari. 

Wildan berasal dari Desa Balung Kulon, Kecamatan Balung, Jember. Sosoknya agak jauh dari IT, karena hanya lulusan SMK Teknologi Pembangunan. Pihak sekolah menduga kemampuan IT diperoleh Wildan secara otodidak.

Kabag Kesiswaan SMK Teknologi Balung, Sunarso menambahkan, selama mengenyam pendidikan di SMK Teknologi Balung, Wildan dikenal sebagai siswa yang pendiam dan lugu. Dalam keseharian, Wildan justru terlihat aktif di bidang olahraga. "Kemampuan akademik di bidang komputer, ya biasa saja seperti layaknya siswa yang lain," ujar Sunarso.

Bahkan dalam nilai sekolah, Wildan tak pernah mendapat ranking dan belum pernah masuk ke dalam sepuluh besar. Karena itu, Sunarso menduga, kemampuan Wildan dalam komputer diperoleh dengan cara otodidak.

Sementara, orangtua Wildan, Ali Zakfar mengaku selama ini memang tidak mengetahui aktivitas anaknya itu di luar rumah. Yang dia ketahui, selama ini Wildan bekerja menjaga warnet di kawasan Jember kota. 

Wildan ditangkap tim Cyber Crime Mabes Polri beberapa hari lalu. Ia memermak situs www.presidensby.info pada Rabu (9/1/2013) dan meninggalkan jejak dengan menulis 'Jember Hacker Team'.

Berdasarkan pelacakan yang dilakukan Id-SIRTII, lokasi IP Address dan DNS pelaku bukan berasal dari Indonesia, melainkan Texas, Amerika Serikat. Setelah menelusuri dari berbagai segi, polisi akhirnya menangkap Wildan.

Saat dikonfirmasi, penangkapan terhadap Wildan ini dibenarkan Kapolres Jember AKBP Jayadi. Menurutnya tersangka ditangkap karena terlibat kasus pembobolan situspejabat negara. Namun, ia mengaku belum mengetahui dimana keberadaanWildan saat ini.

Tertangkapnya Wildan Yani Ashari, hacker asal Jember yang merentas situs Presiden SBY, membuat sebagian hacker Indonesia bertindak agresif. Situs Pemkab Malang direntas kembali oleh hacker yang mengatasnamakan Hacker Indonesia. Mereka menuntut  Wildan dibebaskan.
Akibatnya, situs Pemkab Malang di malangkab.go.id tidak dapat diakses. Halaman depan terhalang blok layar hitam yang memasang foto aksi agar Wildan dibebaskan. Di bawahnya terdapat tulisan yang menunutu agar Wildan dibebaskan. "Jangan Hacker yg ditangkap noh Koruptor tikus2 buncit! Pahlawan sebenarnya adalah HACKER.” 

Wildan Yani Ashari terancam pasal 22 huruf B Undang-Undang Telekomunikasi 36/1999 dan pasal 30 ayat 1, 2 dan 3 jo pasal 32 ayat 1 Undang-Undang nomor 11/2008 tentang internet dan transaksi elektronik.(bhc/mdb)

Persoalan hacking ini pun menimbulkan kekhawatiran bahwa aksi mereka tak hanya terbatas soal deface atau mengganti laman situs saja, melainkan juga menjurus pada tindak pencurian data.

Dari hasil pemeriksaan sementara, Wildan mengaku hanya iseng meretas situs yang beralamat www.presidensby.info itu. "Dengan motif iseng saja, hanya mengganti tampilan," ujar Direktur II Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Arief Sulistyo, di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Jakarta Selatan, Selasa.

Arief menjelaskan, Wildan mengganti tampilan asli halaman depan situs Presiden. Saat diretas, laman tersebut menampilkan latar belakang hitam dengan tulisan warna hijau di bagian atas yang berbunyi "Hacked by MJL007", sementara di bawahnya tertera sebuah logo dan tulisan "Jemberhacker Team" berwarna putih.

Hal itu juga dilakukannya pada situs lain seperti www.jatireja.network, dan www.polresgunungkidul.com.

Penangkapan, terang Arief, melalui investigasi online terhadap situs www.jatireja.network yang merupakan internet service provider (ISP). Situs presidensby.info, tambah Arief menggunakan ISP jatireja tersebut. "Ini (www.jatireja.network) adalah internet service provider. Dari hasil online investigation, kami dapatkan identitas dengan rangkaian yang panjang atau IP adressnya, dan posisinya di Jember. Posisi itu adalah warnet. Sehingga saat itu online langsung kami lakukan penangkapan," terangnya.

Terkait penangkapan itu polisi menyita dua unit CPU di Jember. Sebanyak 5 orang saksi yang juga pengelola situs telah diperiksa. Wildan pun saat ini masih menjalani pemeriksaan di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan. Wildan terancam pasal 22 huruf B Undang-undang 36/1999 tentang Telekomunikasi dan pasal 30 ayat 1, ayat 2 dan atau ayat 3, jo pasal 32 ayat 1 UU No 11/2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik (ITE).

Penangkapan Wildan memicu reaksi kelompok hacker internasional terkemuka, Anonymous.  Mereka pun menyatakan "perang" terhadap Pemerintah Republik Indonesia dengan menumbangkan situs-situs berdomain '.go.id'. Satu-persatu situs-situs pemerintah bertumbangan dan dengan target utama kembali melumpuhkan situs Presiden SBY. Sejak Selasa malam sampai Rabu dini hari, tak kurang dari tujuh domain telah dilumpuhkan dan sebagian di-deface alias diganti tampilan berisi pesan peringatan. Situs-situs yang sudah dilumpuhkan antara lain beberapa sub domain di situs KPPU, BPS, KBRI Tashkent, Kemenkumham, Depsos, dan Kemenparekraf, bahkan Indonesia.go.id.

"Government of Indonesia, you cannot arrest an idea NO ARMY CAN STOP US #Anonymous #OpFreeWildan #FreeAnon," (Pemerintah Indonesia tidak dapat membelenggu sebuah pemikiran. Tidak ada pasukan apapun yang dapat menghentikan kami) demikian pernyataan di situs Twitter kelompok hacker tersebut, Rabu.

Kemarahan para hacker atas tindakan polisi  yang menangkap peretas situs resmi Presiden Susilo Bambang Ydhoyono (SBY), benar-benar diwujudkan. Banyak situs pemerintah yang diserang para hacker, sehingga rusak. Salah satu yang kena sasaran adalah situs resmi Pemkab Jember www.jemberkab.go.id.

Serangan atas situs resmi milik Pemkab Jember ini juga diakui Sandi Suwardi Hasan, Kabag Humas Pemkab Jember. “Situs milik Pemkab Jember juga kena hack,” ujarnya.

Sebagai aksi protes atas penangkapan Wildan tersebut, rupanya komunitas peretas Internasional Anonymous membuat perlawanan dan serangan dengan melakukan defacing atau mengubah tampilan dan isi web dan meninggalkan pesan peringatan.

Belasan situs milik pemerintah berhasil dilumpuhkan, meliputi situs KPPU, BPS, KBRI Tashkent, Kemenhuk dan HAM, Kemensos, dan Kemenparekraf. Bahkan, situs pemerintah kabupaten termasuk milik Pemkab Jember tak luput dari serangan.

190159_pesan-hacker-anonymous-melalui-akun-twitter_663_382
Serangan ini sudah berlangsung sejak beberapa hari lalu. Bahkan,  dalam situs pemerintah sempat memajang pesan dari Anonymous: “No Army Can Stop An Idea….” Pesan tersebut ditujukan pada pemerintah sebagai aksi protes terhadap penangkapan Wildan.


Sumber :
detik.com
tribunnews.com
titik0km.com

Pak Raden


Nama lahir Raden Soejadi
Lahir : 28 November 1932, Jember, Indonesia

Drs. Suyadi (lahir di Puger, Jember, Jawa Timur, 28 November 1932; umur 80 tahun) adalah pencipta Si Unyil, sebuah film seri televisi Indonesia. Suyadi menciptakan Si Unyil agar terdapat acara mendidik untuk anak-anak Indonesia pada tahun 1980-an. Kemudian, Unyil diformat ulang untuk sesuai dengan era tahun 2000-an, sehingga tetap dapat digemari anak-anak Indonesia. Hasil dari format ulang acara Si Unyil adalah Laptop Si Unyil. Ia juga dikenal sebagai Pak Raden dalam acara Unyil.

Suyadi merupakan lulusan seni rupa Institut Teknologi Bandung (1952-1960) lalu meneruskan belajar animasi ke Prancis (1961-1963).

Siapa yang tak kenal Pak Raden dalam serial film boneka Si Unyil?

Dialah Drs. Suyadi. Di balik beskap hitam, blangkon dan kumis tebalnya, Suyadi yang lahir di Puger, Jember 28 November 1932 itu adalah pendongeng sejati.

Pada tahun 1980 hingga 1991, anak ketujuh dari sembilan bersaudara ini pernah terlibat langsung dalam serial Si Unyil. Dari tangannyalah karakter boneka yang konsep cerita yang ditulis Kurnain Suhardiman itu melegenda hingga saat ini. Pada masa jayanya, serial Si Unyil telah mencapai lebih dari 603 seri film boneka, dan menjadi teman pemirsanya di seluruh Nusantara di setiap Minggu pagi.

Suyadi menyelesaikan studi di Fakultas Seni Rupa ITB Bandung (1952-1960) lalu meneruskan belajar animasi di Prancis (1961-1963). Sejak masih menjadi mahasiswa Suyadi sudah menghasil sejumlah karya berupa buku cerita anak bergambar dan film pendek animasi. Keistimewaan Suyadi tidak hanya membuat ilustrasi, tapi juga mempunyai kemampuan menulis ceritanya sendiri. Bahkan di usia senjanya kini, Suyadi tetap berkarya. “Tiap hari selalu orat-oret …” candanya suatu hari.

Bersama empat kucing setianya, kini ia menghabiskan sisa umurnya tanpa kenal kata libur. Ia masih mengisi suara untuk serial Si Unyil terbaru di sebuah stasiun televisi swasta, kadang masih ditanggap mendongeng di sejumlah acara, menyelesaikan sejumlah lukisan, dan menulis buku anak. Dan yang baru saja berlalu lelaki yang akan genap berusia 77 tahun pada 28 November 2009 mendatang itu menjadi model klip sebuah group musik anak muda, Sembilan Band.

Dijerang rasa ngilu encoknya yang sering kambuh, Suyadi berkata, “Kalau jarum jam diputar kembali, saya ingin tetap menjadi Suyadi. Tapi pinginnya Suyadi dengan karya yang lebih baik, Suyadi yang bisa lebih banyak berbuat untuk dunia anak-anak, Suyadi yang punya kondisi keuangan yang lebih baik…” katanya berseloroh.

Melihat kiprah seorang Suyadi sebagai seorang seniman serba bisa berarti merekam kembali perjalanan proses kreatifnya sebagai seorang:

  • Suyadi sebagai salah satu kreator film boneka Si Unyil
  • Suyadi sebagai seniman lukis yang telah menghasilkan puluhan lukisan bergaya figuratif-naratif.
  • Suyadi sebagai seorang penulis buku yang sekaligus menjadi ilustrator bukunya.
  • Suyadi sebagai pendongeng dengan gaya yang khas dengan boneka dan menggambar.
  • Suyadi sebagai seniman Jawa yang mampunyai atensi pada seni tari, gamelan, karawitan, dan menjadi seorang dalang.
  • Suyadi sebagai salah satu tokoh yang sangat berpengaruh terhadap sejarah perkembangan awal animasi di Indonesia.
  • Suyadi sebagai pengajar, baik sebagai pengajar seni akademik di seni ilustrasi di almamaternya, ITB Bandung, pengajar khusus animasi di IKJ Jakarta dan sebagai pembicara pada workshop dongeng dan animasi pada even-even khusus.

Dedikasinya terhadap budaya Indonesia, dalam hal ini kebudayaan Jawa menjadi catatan kreatif yang patut diawetkan dalam buku perjalanan hidup seorang Suyadi.
Mencatat kehidupan Suyadi yang keseluruhan hidupnya didedikasikan untuk anak-anak. Sebagai sebagai pecinta anak-anak ia mencurahkan hasil kreasinya dalam bentuk dongeng, buku, dan lukisannya untuk anak-anak Indonesia.

Puluhan buku cerita anak hasil karyanya beredar sejak tahun 70-an, bahkan hingga sekarang. Sejumlah penghargaan di bidang perbukuan telah ia raih. Dan hingga tahun 2008 ia masih menghasilkan buku anak berjudul Petruk Jadi Raja (Kelompok Pecinta Buku Anak, 2008).

Hidup Suyadi sendiri mirip sebuah dongeng. Naik turun perjalanan kreatifnya terbelah dalam beberapa plot. Mungkin karena ia sendiri sebagai pendongeng ulung, ia menjalaninya dengan ikhlas. Sebagai pendongeng, Suyadi punya ciri khas mendongeng sambil menggambar. Boleh dibilang, dialah pendongeng pertama di Indonesia, atau bahkan di Asia, yang menuturkan kisah dongeng sambil menggambar.

Sebagai seorang pelukis, Suyadi telah menghasilkan puluhan karya bertema anak-anak dan dunia wayang orang dan kulit bergaya figuratif-naratif.

Satu hal yang melekat dalam dirinya sampai sekarang adalah sosok “Pak Raden” . Tokoh berkumis tebal dengan blangkon itu itu tak lain adalah salah satu tokoh dalam serial Si Unyil.

Tidak ada tokoh rekaan yang begitu dicintai dan hidup berpuluh tahun seperti Unyil. Selain menjadi art director, Suyadi menciptakan model bonekanya dan memasukan sejumlah karakter baru seperti Pak Raden, Pak Ogah, Bu Bariah dan lain sebagainya. Selain penulis cerita Kurnain Suhardiman, kehadiran Suyadi dalam serial Si Unyil sebagai pemberi “nyawa” sehingga Unyil dan kawan-kawannya masih hidup dan dicintai hingga saat ini. 


Sumber:
wikipedia.com
pakraden.org

Jack Lesmana


Jack lesmana.jpg
Nama lahir Jack Lemmers
Nama lain Jack Lesmana
Lahir 18 Oktober 1930
 Jember, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal 17 Juli 1988
 Jakarta, Indonesia
Pekerjaan musisi Jazz
Tahun aktif 1955 - 1986
Hubungan Bubi Chen
Pasangan Nien Lesmana
Anak Mira Lesmana

Indra Lesmana

Indra lesmana.jpgMira lesmana scroundbites 2007.jpg

Jack Lesmana (lahir di Jember, Jawa Timur, 18 Oktober 1930 – meninggal di Jakarta, 17 Juli 1988 pada umur 57 tahun) adalah seorang tokoh musik jazz Indonesia.

Biografi

Jack Lesmana terlahir dengan nama Jack Lemmers dari ayah seorang Madura dan ibu yang berdarah campuran Jawa dan Belanda. Ia menggunakan nama "Lemmers", mengikuti nama ayahnya yang diadopsi oleh seorang Belanda.

Ayah Jack adalah penggemar biola, sementara ibunya pernah menjadi penyanyi dan penari dalam kelompok opera Miss Riboet. Pada usia 10 tahun Jack telah pandai bermain gitar. Dua tahun kemudian ia berkenalan dengan musik jazz dengan bermain dalam sebuah kelompok musik Dixieland.
Pada usia 15 tahun, ia pernah bergabung sebagai gitaris pada grup musik Berger Quartet yang terdiri dari Berger (piano), Putirai (drum), dan Jumono (bass). 
Ia juga ikut memainkan boogie-woogie bersama Boogie-Woogie Rhytmics dengan para pemusik antara lain : Micki Wyt sebagai pemimpin dan pemain piano, Oei Boeng Leng (gitar), Jack Lesmana memainkan (bass) dan Benny Heynen (klarinet). Setelah itu bersama Maryono (klarinet), Andy Sayifin (saksofon alto), Lody Item (gitar, ayah dari musisi Jopie Item), Suwarto (piano), Tuharjo dan Kadam (trompet), bergabung dalam band Irama Samudra. Kemudian bersama Maryono dan Bubi Chen, Jack Lesmana mendirikan Jack Lemmers Quartet, yang kemudian pada akhirnya diubah namanya menjadi Jack Lesmana Quintet.

Nama terakir inilah yang sering muncul mengasuh program musik jazz di RRI Surabaya. Pada tahun 1951 Jack diterima bekerja di Angkatan Laut Republik Indonesia. Tugas sehari-harinya adalah menye-trika seragam pegawai. Di tempat ia bekerja, Jack bergabung pada kelompok musik pimpinan R. Iskak, ayah pemain film Indriati Iskak dan Alice Iskak. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1960, atas ajakan Wim Gontha, ayah Peter F. Gontha, Jack berangkat ke Jakarta. Ia diterima sebagai teknisi rekaman di perusahaan PH Irama milik Suyoso Karsono alias Mas Yos, seorang pensiunan Angkatan Udara RI. Inilah perusahaan piringan hitam pertama di Indonesia. Jack pun bergabung dengan grup musik Gema Irama.

Irama jazz
Pada awal dasawarsa 50-an, ayah dari Indra dan Mira Lesmana ini mulai terlihat berkutat dengan musik jazz dengan membentuk Jack Lesmana Quartet yang antara lain didukung pianis berbakat, Bubi Chen. Selanjutnya, grup ini lalu berubah menjadi Jack Lesmana Quintet.[3]Pada tahun 1959, Jack Lesmana ikut mendukung album Bubi Chen bertajuk Bubi Chen With Strings yang dirilis PT Lokananta. Kabarnya, album ini pernah dibahas oleh Willis Connover, seorang pengamat jazz asal Amerika Serikat.

Di pertengahan era 60-an, Jack Lesmana (gitar) bersama Bubi Chen (piano), Benny Mustapha van Diest (drum), Maryono (flute, saxophone), dan Jopie Chen (bas), membentuk kelompok jazz Indonesian All Stars. Kelompok jazz ini memang sangat menjanjikan. Mereka bahkan mendapat undangan bermain jazz di Australia, Amerika Serikat, serta Jerman.

Melihat kualitas dan kiprah bermusik Indonesian All Stars, Tony Scott seorang peniup clarinet jazz Amerika Serikat yang kebetulan tengah berada di Jakarta tertarik untuk melakukan kolaborasi dalam pertunjukan maupun rekaman. Alhasil muncullah album Djanger Bali yang mereka rekam di MPS Studio Villingen-Schwenningen, Black Forest Jerman selama dua hari berturut-turut pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1967. Album ini berisikan empat tembang tradisonal Indonesia yaitu, "Ilir Ilir", "Burung Kakatua", "Gambang Suling", dan "Djanger Bali". Selebihnya adalah "Mahlke" karya gitaris Attila Zoller dan Summertime karya George dan Ira Gershwin dari Porgy & Bess.[3]Sukses ini tidak lepas dari dukungan penuh perusahaan penerbangan Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM), yang memungkinkan Jack dan kawan-kawan melanglang buana.

Irama Lenso
Pada tahun 1960-an, sesuai dengan anjuran Presiden Soekarno tentang indonesianisasi nama-nama, Jack mengubah namanya menjadi Jack Lesmana. Tak hanya itu, hubungan antara Bung Karno dan Jack Lesmana bahkan bisa disebut dekat. Apalagi pada saat itu Bung Karno tengah gencar-gencarnya mengganyang musik ngak-ngik-ngok yang dianggap produk Barat yang dekaden. Gerakan budaya yang digencarkan Bung Karno adalah menggiatkan musik yang dianggap mewakili tata krama budaya Timur yaitu irama lenso.

Jack Lesmana pun menafsirkan dan memainkan irama lenso itu bersama kelompok yang dipimpinnya saat itu, yakni Orkes Irama. Kelompok yang juga didukung Mas Yos, pemilik perusahaan rekaman Irama Records ini, lalu merilis album Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso pada dasawarsa 60-an untuk mengimbangi derasnya budaya Barat yang diwakili musik rock and roll itu. Di album itu Orkes Irama mengiringi penyanyi top saat itu, seperti Bing Slamet, Titiek Puspa, Lilis Suryani, serta Nien Lesmana, adik kandung Mas Yos yang juga istri Jack Lesmana.

Di Jakarta, karier Jack rupanya semakin berkibar seiring dengan ramainya musik jazz memeriahkan tempat-tempat hiburan seperti kafe atau bar. Ia bergaul luas di kalangan komunitas jazz. Sahabatnya antara lain Mus Mualim dan dedengkot The Jazz Rider, Bill Saragih.

Irama Record
Kontribusi Jack Lesmana dalam industri musik Indonesia mulai tertuang ketika dia bergabung dengan perusahaan rekaman Irama Record milik pengusaha Soejoso. Di sini, Jack Lesmana memiliki peranan penting sebagai penata musik sekaligus supervisor musik. Jack tak hanya dikenal sebagai pemusik yang terampil bermain jazz saja. Dia juga bisa memainkan jenis musik apa saja termasuk musik pop. Dalam album yang dirilis Irama Record, Jack Lesmana yang terampil memainkan instrumen gitar, bass, piano, dan trombone, ini, mengiringi sederet penyanyi pop mulai dari Oslan Husein, Nien Lesmana, Ivo Nilakrishna, dan Bing Slamet.[3]
Bahkan bersama Orkes Gita Karana, ia mengiringi penyanyi kanak-kanak Endi dan Adi atau memainkan musik Latin bersama Orkes Gema Irama. Jack juga mengiringi lagu-lagu bernuansa Sunda bersama Orkes Nada Kencana. Di awal dasawarsa 60-an, Jack Lesmana pun mulai mengisi ilustrasi musik film antara lain film bertajuk Malam tak Berembun, Djantung Hati, dan masih banyak lagi. Jelas sudah bahwa Jack Lesmana adalah sosok pemusik serba bisa.[3]

Nada dan Improvisasi

Untuk memomulerkan musik jazz, Jack Lesmana seolah tak berhenti berjuang. Dia banyak menghimpun pemusik-pemusik jazz dalam sebuah komunitas yang dibentuknya secara konstruktif. Pria ini antara lain menggagas pertunjukan jazz di lahan seni budaya prestisius yaitu Taman Ismail Marzuki pada era 70-an. Secara bersamaan pada tahun 1969-1979, Jack pun mengelola acara jazz bulanan di layar kaca TVRI bertajuk Nada dan Improvisasi yang menampil kan banyak pemusik jazz baik dari kalangan yang telah mapan maupun pemula.

Saat itu di kediamannya di kawasan Tebet, Jakarta Timur, seolah padepokan untuk mengasah para pemusik jazz. Di situ mereka berdiskusi dan bermain jazz, beberapa diantaranya seperti : Benny Likumahuwa, Oele Pattiselanno, Perry Pattiselanno, Abadi Soesman, Candra Darusman, Jeffrey Tahalele dan lain-lain. Jack Lesmana dengan disiplin yang tinggi menularkan ilmu jazznya. Ia memang merupakan sosok guru yang gigih.[3] Pada awal 1970-an Jack pernah menjabat sebagai Direktur Pendidikan pada Yasmi Music School.

Pada tahun 1978, Jack Lesmana bersama Indra Lesmana berkesempatan pergi ke Australia untuk tampil dalam pekan budaya ASEAN Trade Fair. Saat itulah, Indra mencoba untuk mengikuti ujian masuk di New South Wales Conservatory School of Music di Sydney dan akhirnya diterima. Atas bantuan Kedutaan Australia, Indra mendapatkan beasiswa penuh untuk sekolah di koservatorium tersebut. Tak hanya itu, Kementrian luar negeri Australia juga memberikan izin menetap bagi Jack, Indra dan keluarganya. Pada tahun 1979 berangkatlah Jack bersama keluarganya pindah ke Australia selama lima tahun. Jack mengajar di konservatorium, sementara Indra menimba ilmu pada Don Burrows, Roger Frampton dan Paul Mc Namara di sekolah tersebut.

Sepulangnya dari Australia pada tahun 1984, Jack Lesmana sempat mendirikan sekolah musik yang bernama Forum "Musik Indra & Jack Lesmana". Tercatat beberapa pemusik sempat mengajar di sekolah tersebut, antara lain seperti : Benny Likumahuwa, Fariz RM, Gilang Ramadhan, Tito Sumarsono, Donny Suhendra, Pra Budi Dharma, Riza Arshad dan lain-lain. Jack Lesmana juga sempat menulis buku yang isinya seputar teori musik yang berjudul "IMPRO 1" dan "IMPRO 2".[2]

Jack Lesmana meninggal dunia di Jakarta pada 17 Juli 1988 setelah lama menderita penyakit Cryoglobulinemia, semacam kekacauan dimana cryoglobulins menyerang peredaran darah manusia. Selain itu, penyakit diabetes juga telah lama bersarang dalam tubuhnya. Ia meninggalkan seorang istri, Nien Lesmana, yang seorang penyanyi, dan empat orang anak, di antaranya adalah Indra Lesmana, yang melanjutkan karier ayahnya sebagai pemusik jazz dan Mira Lesmana yang menjadi produser Film Indonesia.


Diskografi

Album Solo
Mengenangkan Sutedjo - Jack Lemmers (Irama Record)
Perina Merdeka - Jack Lesmana (PT Perina Utama Indonesia,1977)
Jawaban Api Asmara - Jack Lesmana (Hidajat & Co,1977)
Belajar Gitar - Jack Lesmana (Birama,1977)
Merpati Putih - Jack Lesmana (Atlantic Record,1978)
Jazz Guitar – Jack Lesmana (AR, 1978)
Luka - Jack Lesmana (MusicBox, 1986)
[sunting]Bersama grup musik
Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso - Orkes Irama & Various Artist (Irama Record)
Djanger Bali - Tony Scott & Indonesian All Stars (MPS, 1967)
Lagu Untukmu - Bubi Chen Quartet (Irama Records)
Bubi Chen & His Fabulous 5 (Irama Records)
Latin Beat Vol 2 Day By Day - Gema Irama (Irama Record)
Tamanku - Gita Karana (Irama Record)
Njanjian Kanak-kanak - Gita Karana (Irama Record)
Split Album - Jack Lesmana & Nick Mamahit
Lagu Natal & Hiburan - Jack Lesmana & Nick Mamahit
[sunting]Bersama Indra Lesmana
Children Of Fantasy - Indra & Jack Lesmana Quartet (Sumber Ria)
Ayahku Sahabatku - Indra Lesmana (Atlantic Record,1978)
Jack & Indra Lesmana - Jack & Indra Lesmana (Granada 1986)

Album Lain
Oslan Husein - Oslan Husein (Irama Records)
Nien - Nien Lesmana (Irama Records)
Balonku - Adi & Endi (Irama Records)
Api Asmara - Rien Djamain ( Hidajat & Co,1975)
Semua Bisa Bilang - Margie Segers (Hidajat & Co,1975)
Jazz Masa Lalu & Masa Kini (Hidajat & Co 1976)
Pop Jazz - Margie Segers/Broery P. (Remaco,1976)
Bintang dan Bunga - Ati Pramono (Hidajat & Co,1976)
Manisku - Broery Pesolima (Hidajat & Co,1976)
Air Mata - Rien Djamain (Hidayat & Co., 1976)
Kau dan Aku -Bubi Chen (Hidajat & Co,1976)
Tuan Dan Kami - Rien Djamain (Hidayat & Co.,1977)
Selembut Kain Sutera - Bubi Chen (Hidajat & Co,1977)
Mengapa Kau Menangis - Bubi Chen (Irama)
Bubi Chen Plays Soft & Easy - Bubi Chen (AR,1978)
Wanodya - Rien Djamain (Irama Tara 1978)
Rein Djamain in Jazz - Jack Lesmana Combo (Irama Tara)
Yang Pertama - Mus Mudjiono (Aquarius 1987)

Musik Film
Malam tak Berembun (CV Ibukota Film) Music Score
Djantung Hati (PT Gaja Rama Film,1961) Music Score
Seribu Langkah (PT Sarinande Films,1961) Music Score
Hadiah 2 Juta (PT Sarinande Films,1962) Music Score
Anak Perawan di Sarang Penjamun (Perfini,1962) Music Score
Menantang Maut (PT Anuraga Film,1978) Music Score

Sumber :
wikipedia

George Rudy


Nama lahir : Tjwan Hien
Lahir : 30 Oktober 1955, Jember, Indonesia
Pekerjaan : aktor

George Rudy terlahir dengan nama Tjwan Hien (lahir di Jember, 30 Oktober 1954) adalah seorang aktor film Indonesia.


Sebelum berkarier di film

George Rudy lulus SMAK Santo Paulus Jember pada tahun 1972. Ia berstatus sebagai pembina di kyokushinkai karate, dengan tingkatan DAN III.


Karier film

Rudy sering tampil dalam film laga dan banyak dari film yang dibintangi disutradarai oleh Fritz G. Schadt. Di antara film yang pernah ia pegang sebagai peran utama ialah Balada Jagoan, Pukulan Bangau Putih, Cewek-Cewek, Cewek Pelaut, Joko Geledek, Balada Dua Jagoan, Mistri Ronggeng, Daerah Jagoan, dan Harta Karun.

Filmografi

Pembalasan Naga Sakti (1976)
Balada Dua Jagoan (1977)
Bandit-Bandit Internasional (1977) dibintangi oleh Debby Cynthia Dewi
Bang Kojak (1977) dibintangi oleh Kang Ibing
Juara Karate (1977) dibintangi oleh Yayuk Suseno
Pukulan Bangau Putih (1977)
Sirkuit Cinta (1978) dibintangi oleh Yati Octavia
Bulan Madu (1979)
Gadis Penakluk (1980)
Kembang Padang Kelabu (1980)
Roman Picisan (1980) dibintangi oleh Rano Karno dan Lydia Kandou
Cewek Jagoan Beraksi Kembali (1981)
Dendam Manusia Harimau (1981) dibintangi oleh Dana Christina
Gondoruwo (1981) dibintangi oleh Ratno Timoer dan Farida Pasha
Membakar Matahari (1981)
Buaya Putih (1982) dibintangi oleh Yati Octavia
Lebak Membara (1982) dibintangi oleh Minati Atmanegara
Nyi Blorong (1982) dibintangi oleh Suzanna
Perhitungan Terakhir (1982)
Si Jagur (1982) dibintangi oleh Enny Beatrice
Damarwulan-Minakjinggo (1983) dibintangi oleh Chintami Atmanegara
Fire Of Vengeance (1983) dibintangi oleh Tuty Wasiat dan Barry Prima
Jaka Geledek (1983) dibintangi oleh Siska Widowati
Ken Arok - Ken Dedes (1983) dibintangi oleh Eva Arnaz
Midah Perawan Buronan (1983) dibintangi oleh Eva Arnaz
Kupu-Kupu Beracun (1984)
Jejak Pengantin (1984)
Telaga Angker (1984) dibintangi oleh Suzanna
Mawar Berbisa (1984)
Montir-Montir Cantik (1984)
Usia Dalam Gejolak (1984)
Bangunnya Nyi Loro Kidul (1985) dibintangi oleh Suzanna
Bukit Berdarah (1985) dibintangi oleh Enny Beatrice
Sembilan Wali (1985)
Langganan (1986)
Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986) dibintangi oleh Suzanna
Terjebaknya Penari Erotis (1986)
Cewek-Cewek (1987)
Perempuan Malam (1987) dibintangi oleh Siska Widowati
Cewek-Cewek Pelaut (1988)
Badai Jalanan (1989)
Laura Si Tarzan (1989)
Titisan Si Pitung (1989) dibintangi oleh W.D Mochtar
Diskotik D.J. (1990)
Si Gondrong Lawan Bek Mardjuk (1990) dibintangi oleh Hesty Syani dan Rina Hassim
Srigala Jalanan (1990)
Daerah Jagoan (1991)
Hartu Karun (1991) dibintangi oleh Baby Zelvia
Mistri Ronggeng (1991)
Bidadari Berambut Emas (1992) dibintangi oleh Frans Tumbuan
Lady Dragon 2 (1993)
Potong Bebek Angsa (2012)

Sumber :
wikipedia.com

Related Posts